KONTROVERSI HILANGNYA MAPEL TIK/KKPI DI KURIKULUM 2013
Sudah hampir
banyak kritik dan komentar beragam mengenai kontroversi diluncurkannya
kurikulum 2013 ini, para pemerhati pendidikan melakukan kajian yang mendalam
menurut ranah dan sudut pandangnya masing-masing tetapi semua itu seakan tidak
membuat pemangku kebijakan (kemendikbud) di negeri ini bergeming bahkan ngotot
agar kurikulum segera dilaksanakan dengan atau tanpa persetujuan mereka yang
kurang sepaham dengan pemerintah.
Salah satu
yang menjadi masalah nasional saat ini adalah hilangnya mapel TIK/KKPI di semua
jenjang baik itu tingkat SD, SMP, SMA/SMK.
Sebagai salah satu bagian dari pihak yang merasa dirugikan kebijakan
ini, saya sebenarnya sebagai warga Negara yang baik sudah sebaiknya mengikuti kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah ini,
tetapi karena dengan hilangnya salah satu mapel yang menurut saya penting terlebih di zaman teknologi informasi saat ini, maka saya kurang sepaham dengan kebijakan ini. Saya mulai sharing dengan kawan-kawan seperjuangan dalam komunitas Agtiknas, dan mereka pun merasakan seperti apa yang saya rasakan saat ini.
tetapi karena dengan hilangnya salah satu mapel yang menurut saya penting terlebih di zaman teknologi informasi saat ini, maka saya kurang sepaham dengan kebijakan ini. Saya mulai sharing dengan kawan-kawan seperjuangan dalam komunitas Agtiknas, dan mereka pun merasakan seperti apa yang saya rasakan saat ini.
Melalui
tulisan ini, saya mencoba menganalisis melalui pengetahuan dan pengalaman saya
sampai saat ini menjadi guru dan dosen IT di negeri ini.
1.
Analisis pertama, bahwa mapel tik dilahirkan
sejalan dengan munculnya KTSP pada tahun 2006.
Saat itu melalui mendiknas Prof. Bambang Soedibjo memunculkan TIK/KKPI dikarenakan
analisis bahwa perlunya suatu mapel yang dapat membekali para siswa didik demi
menuju era dimana pertukaran informasi dan komunikasi dapat cepat diterima. Seiring dengan berjalannya waktu, saya
melihat antusias siswa dalam mendalam ilmu ini sangat besar sekali bahkan
melebihi mapel yang lainnya. Siswa
bersemangat sekali dalam melakukan eksplorasi pengetahuan selain yang
didapatkan dari guru komputernya, bahkan mereka sering berjam-jam dalam lab
komputer demi menyalurkan kesenagannya atas ilmu komputer ini. Akhirnya dengan kesenangan yang meraka
rasakan dan tanpa paksaan, mereka dapat menguasai ilmu ini melebihi guru di
sekolahnya. Bahkan saya pernah bertemu
dengan salah satu alumni yang pernah saya ajar, bahwa dia masuk fakultas ilmu
komputer itu karena ketertarikan pada mapel TIK yang saya ajarkan, padahal
sebelumnya dia belum begitu tertarik.
Kesimpulannya bahwa mapel TIK ini sangat disukai para siswa dan dapat
melatih siswa lebih aktif dalam meng-update berbagai pengetahuan yang dia
dapatkan dari gurunya bahkan yang tidak pernah diajarkan gurunya sekalipun.
2.
Analisis kedua, bahwa sebenarnya jika dilihat
persaingan dan prestasi yang diperoleh para siswa dan putra bangsa kita dalam
teknologi di dunia internasional cukup membanggakan. Mahasiswa kita dapat juara abu robocon di
amerika serikat beberapa tahun sebelumnya, tim olimpiade TIK kita membanggakan
pada lomba TOKI internasional, banyak perancang software yang mumpuni di Negara
kita seperti munculnya Artav antivirus dan SMADAV, jejaring social dsb , mobil
SMK yang dikeluarakan oleh salah satu SMK di solo, seorang animator kreatif
yang salah satunya pernah menjadi kru dari film cikal bakal superman dan
sebagainya. Ini menandakan bahwa
sebernarnya skill anak bangsa ini sangat potensial untuk berbicara banyak di
dunia, lalu kenapa skill ini akan di matikan begitu saja oleh pemerintah dengan
menghapus TIK di sekolah?, padahal kita tahu bahwa stimulus/embrio ketertarikan
mereka akan TIK dimulai dari sekolah?, karena menurut saya perguruan tinggi itu
hanya sebagai transformasi dari pemantapan niat mereka yang ingin memperdalam
TIK. Karena mereka yang masuk jurusan ilmu komputer itu bukan karena salah
jalan atau pilihan kedua. Saya pun
mengalami sendiri ketika masuk D3 pada jurusan TIK dan dilanjutkan ke jenjang
sarjana bahkan lulus magister dengan ilmu komputer, sadar bahwa dengan ilmu
yang saya miliki ini, berarti saya harus senantiasa meng-update setiap hari
agar tidak ketinggalan informasi. Hal
ini tentu saja berbeda dengan ilmu yang lainnya, karena perkembangan IT ini
sangatlah cepat baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunak. Jadi dengan rela terus meng-update
pengetahuan akan IT dan teknologi, para putra bangsa ini dapat bersaing dengan
Negara lain selain yang didapatkan dari guru atau dosennya. Kesimpulannya bahwa kita mempunyai sumber
daya manusia yang mumpuni agar dapat bersaing dengan Negara lain dengan update
pengetahuan dan dri guru/dosen masing-masing dan dengan TIK –lah pengetahuan
itu akan cepat didapatkan.
3.
Analisis ketiga, dengan di tetapkannya TIK
menjadi salah satu bagian dari kurikulum maka pemerintah wajib menyediakan lab.
Komputer diseluruh negeri ini. Kita coba
hitung saja jika harga komputer standarnya 2 jt saja, maka jika 1 lab komputer
dengan jumlah komputer 32 saja (sesuai jumlah standar siswa), maka biaya
pengadaan sekitar 62 juta belum ditambah perawatan dan internet. Kita dapat membayangkan jika dana tersebut di
keluarkan sekoalh se-Indonesia, betapa besarnya biaya tersebut. Telebih perlu kita ketahui bahwa pengadaan
lab komputer berbeda dengan lab –lab yang lain seperti biologi atau fisika
misalnya, perawatan lab-lab tersebut tidak semahal pada lab komputer, karena
umumnya alat-alat perakteknya lebih tahan lama dari pada komputer yang rentan
rusak terlebih lagi para siswa yang memakainnya dengan berbagai macam. Kesimpulannya sepertinya pemerintah kerepotan
dengan pengadaan dan perawatan lab komputer yang menyedot biaya yang banyak,
berbeda dengan lab-lab lainnya.
4.
Analisis keempat, munculnya mapel prakarya,
setelah saya pelajari selintas, mapel ini seperti menghasilkan produk dari
hasil buah tangan seseorang agar dapat menjadikan penghasilan atau dapat
diasumsikan kewirausahaan. Dengan
munculnya mapel ini, berarti kemendikbud harus menghilangkan salah satu mapel
yang menurutnya pengaruhnya tidak berdampak besar. Maka TIK/KKPI jadi korban dari munculnya
prakarya ini, tetapi kenapa ilmu komputer yang jadi korbannya?. Mungki alasan pertama karena jumlah guru Tik
di Negara kita jumlahnya tidak terlalu banyak didandingkan dengan guru lain,
alasan kedua jumlah guru PNS dan yang sudah sertifikasi baik itu guru negeri
maupun swasta pada mapel ini sedikit, LPTK yang menyelenggarakan mapel ini
masih terbatas (baru UPI, UNJ dan UNY yang telah membuka program ini). Kesimpulannya mapel TIK adalah korban dari
munculnya mapel prakarya yang menurutnya jauh lebih penting pada saat ini dan
yang perlu diketahui bahwa salah satu wirausaha yang tidak ada matinya adalah
dalam bidang IT dengan penghasilan yang fantastis, berapa banyak orang kaya di
dunia yang dilahirkan dalam bidang IT, jika mau hitung-hitungan dengan mapel
prakarya yang ujung-ujungnya juga wirausaha.
5.
Analisis kelima, proyek diakhir jabatan Kabinet. Seperti kita ketahui bahwa diluncurkannya
kurikulum ini termasuk telat (tahun 2013).
Padahal kita tahu bahwa Kabinet ini sudah berjalan kurnag lebih 4 tahun
semenjak presiden menetapkan menteri-menterinya. Kesimpulannya jika kemendikbud tidak
mempunyai program maka mungkin dianggap tidak mempunyai visi dan misi
pendidikan????. Padahal menurut hemat
saya kurikulum itu hendaknya diperbaiki yang kurangnnya dan dilanjutkan yang
bagusnya buka dirombak total, maka istilah ganti menteri maka ganti pula
kurikulumnya.
6.
Analisis keenam, dengan dihilangkannya TIK
dikurikulum maka hal tersebut sama dengan tidak menghargainya departemen TIK
sendiri, kenapa begitu, ya bisa saja karena hanya mapel TIK yang mempunyai
induk departemen di negeri ini dari peralihan sebelumnya dari Riset dan
teknologi. Coba seandainya saja
kemendikbud itu berdampingan dan berbicara dengan kemeninfokom, bicara mengenai
target kedepan demi wacana menuju generasi emas tahun kedepan yang harus
melahirkan sdm yang unggul di dunia it, mungkin kemendikbud akan berfikir dan
meninjau ulang sebelum ketok palu dulu, dan disini pula peran kemeninfokom
sebaiknya aktif memberikan masukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki mapel it
tersebut yang memang menurut saya juga sudah tidak update saat ini dan terkesan
tumpang tindih. Bayangkan saja pelajaran
Microsoft word diajarkan di smp dan diajarkan kembali di tingkat sma/smk. Atau bisa juga kemendikbud bekerjasama dengan
pihak tertentu seperti Microsoft dalam hal penguatan materi yang dapat
menjadikan bekal para siswa di dunia pekerjaan.
Kesimpulannya tidak ada sinkronisasi antara kemendikbud dan kemeninfokom
dalam mewujudkan visi pemerintah menuju generasi emas bangsa ini kedepannya.
7.
Analasis ketujuh, TIK hendaknya diajarkan di
sekolah. Hal ini karena ilmu komputer
ini tidak bisa dipelajari sendiri begitu saja.
Saya merasakan selama menjadi guru dan dosen, ada sebagian dari para
peserta didik yang belum memahami materi yang saya berikan, mereka hanya
mengerti kulitnya saja tanpa mengetahui isi dari ilmu tersebut. Sebagai contoh banyak yang terkecoh bahwa
untuk menjadi programmer hendanya mengusai bahasa pemograman itu sendiri. Pendapat ini tidak salah, tetapi menurut saya
yang wajib dikuasi ialah algoritma pemogaman dan struktur data dari pemogram
yang kita buat. Ibarat belajar bahasa,
maka hendaknya dipahami strukturnya terlebih dahulu, karena biasanya jika kita
sudah bisa mengertia salah satu bahasa misalnya inggris, maka analisis saya
dapat menguasai bahasa lainnya seperti jerman, tinggal kosa katanya saja
diperdalam. Kesimpulannya bahwa mapel
TIK sama pentingnya dengan mapel bahasa dan itu tidak bisa tanpa melalui proses
pembelajaran.
8.
Analisis kedelapan, mungkin saya mengira
kurikulum ini ada nuansa x dialamnya.
Betapa tidak dulu ada beberapa mapel yang dihapus begitu saja dan itu
menimbulkan kontroversi, misalnya saja jika tidak salah penggambungan pelajaran
IPA dan IPS sehingga Prof. Surya proteks dibuatnya. Penghapusan sejarah dan geografi namun sampai
tidak terjadi karena banyak pihak yang kurang setuju, sampai akhirnya
penghapusan TIK di kurikulum ini yang menurut pak menteri disebut sebagai
kurikulum minimalis. Jika TIK dihapus
hanya karena menurut para pemangku keputusan di kemendikbud beranggapan bahwa
TIK tidak perlu diajarkan karena anak TK dan SD saja sudah bisa internet tanpa
guru yang mengajarinya. Itu merupakan
suatu pernyataan yang tidak berdasar akan fakta dan bukan ilmiah, sehingga mana
mungkin para pejabat di kemendikbud yang mayoritas orang-orang berpendidikan
dapat berargumen seperti itu, apakah dahulu tidak pernah diajarkan yang namanya
membuat keputusan dari analisis secara factual dan ilmiah?. Kesimpulannya argument para pejabat tersebut
hanya mengada-ngada, kurang berdasarkan fakta dilapangan dan tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah. Coba tengok
saja di luar pulau jawa yang prasarana komputer saja kurang memadai bahkan
tidak ada, bagaimana bisa berargumen seperti itu, jangan hanya melihat pada
kota-kota besar yang memang sudah maju sedikit dengan fasilitas yang
didapatkan.
9.
Analisis kesembilan, jika TIK di integrasikan
kesemua pelajaran, berarti sama saja itu membuat para guru non TIK terkuras dan
sibuk bagaiman membuat media pembelajaran sesuai bidang mapelnya. Memang jika selintas dapat dibilang keren,
seorang guru Fisika dapat mengajarkan kalor dengan animasi hasil
kreasinya. Coba kita tengok saja, beban
guru sekarang bertambah berat selain harus membuat administrasi mengajar (RPP,
Silabus, KKM dsb) juga harus membuat media pembelajaran yang mungkin bagi
sebagian guru merupakan hal yang baru.
Menurut saya akan jauh lebih mengena dan dapat tercerna secara alami dan
langsung melalui praktek nyata. Misalnya
saja mapel Biologi, seorang guru Biologi mempraktekan dengan media nyata
seperti tulang belulang binatang agar dapat memberikan informasi secara
langsung dari pada hanya melalui animasi di komputer. Kita ambil contoh lagi Kimia, misalnya
percampuran asam dan basa yang dipraktekan langsung dengan membeli contoh
cairan asam dan basa, memang resikonya lebih besar daripada animasi tapi
menurut saya hal itu justru lebih efektif mengena pada siswa, jika contohnya
siswa salah mencampur asam – basa tersebut maka dampaknya dapat dirasakan
langsung pada siswa. Terakhir mapel Penjaskes,
misalnya teknik berendang gaya dada yang baik dan sesuai prosedur itu
bagaimana. Hal ini tentu saja hasilnya
langsung dapat dirasakan dan tidak pernah lupa dari pada animasi hasil rekayasa
guru penjaskes tersebut.
Kesimpulannya
konsep peng-integrasian ini hendaknya harus diluruskan terlebih dahulu karena
tidak semua mapel dapat di integrasikan dengan TIK, mungkin istilan ini dapat
saya luruskan bukan di integrasikan tetapi seluruh mapel hendaknya menggunakan
fasilitas TIK dalam pembelajaran dalam hal teori agar tidak jenuh pada siswa tetapi
dalam hal praktek mungkin tidak bisa.
10. Analisis
kesepuluh, dengan adanya jurusan komputer di SMK membuat persaingan penerimaan
siswa baru semakin ketat. Bagaimana
tidak, dengan adanya mapel TIK sebenarnya cukup berpengaruh pada input siswa SMK
jurusan TIK. Apalagi jika kurikulum TIK
dari tingkat SD,SMP, SMA/SMK di update sesuai persaingan dan kebutuhan
pasar. Memang jam pelajaran TIK di
sekolah umum sedikit bila dibanding dengan SMK TIK, tetapi hal itu lumayan
cukup sebagai pengetahuan TIK bagi mereka yang memang ingin benar-benar terjun
dalam TIK. Sebagai contoh salah seorang siswa saya pun hanya lulusan sma,
tetapi sekarang penguasaan TIK-nya dapat bersaing dengan lulusan SMK TIK,
selain karena faktor kemauan keras, fasilitas yang ada dan kebutuhan. Dampak positifnya muncul kembali lembaga
kursus TIK dibeberapa tempat yang pada saat dulu kstp diberlakukan seperti
hilang. Kesimpulannya mungkin pemerintah
berfikir jika ingin memperdalam TIK maka disediakan smk jurusan TIK, tanpa
harus memperlajari di SMA misalnya.
Sebenarnya jika pemerintah mau, di smk ada mapel SIGI yang notabene
pengajarnya dari para mantan guru mapel KKPI, kenapa tidak dibuat sama saja, SIGI
dipelajari di SMA?.
11. Analisis
kesebelas merupakan analisis terakhir, jika tik tidak diajarakan dalam
kurikulum maka dikhawtirkan para siswa akan bebas tanpa aturan dalam
meng-ekplorasi informasi yang didapatkannya.
Seperti kita tahu informasi di IT semakin secapat dan tanpa batas dan
aturan, sehingga seperti dua belas pisau yang tajam (banyak positif dan
negatifnya tergantung penggunannya).
Saat ini saya dengan bimbingan guru IT yang memang punya kapasitas dalam
hal penggunaan IT saja, para siswa sudah berbuat yang tidak baik apalagi tanpa
bimbingan guru IT. Mana sempat guru
penjas membimbing para siswa bagaimana berkomunikasi yang baik melalui e-mail
misalnya kerena guru tersebut sibuk dengan mapelnya. Kesimpulannya perlu guru yang memang punya
kapabilitas dalam hal tersebut dan tugas ini hanya dapat diemban oleh guru IT
yang notabene mempuyai ilmu dalam bidang itu.
Itulah
sebagian analisis saya mengenai kontroversi hilangnya mapel TIK/KKPI di
kurikulum 2013, maka solusi yang ditawarkan Kemendikbud dengan dijadikan Guru
TIK/KKPI sebagai guru BP bidang IT, adalah solusi yang menurut saya terpaksa
dari gencarnya protes-protes yang Agtiknas lakukan saat ini. Padahal yang saya ketahui bahwa Mendikbud
dulu pernah berakata bahwa akan ada pelatihan bagi guru-guru IT agar dapat mengajar
mapel lain yang serumpun seperti Matematika atau Fisika, karena menurut pak Menteri
pasti waktu kuliah pernah mendapat kuliah Matematika dan Fisika. Mudah-mudahan para pemangku kebijakan di
Negara ini luluh hatinya dan dapat berfikir dengan hati agar kebijakannya tidak
merugikan pihak lain sehingga kita dapat bersaing dan berbicara banyak dengan
Negara lain dan melalui pendidikanlah salah satu fondasinya. Salam pencinta it
negeri ini.
Catatan Iseng
Dudih Gustian,ST,M.Kom
kebijakan model apa itu ...sampe' mata pelajaran TIK di hapus gimn nasib saya yang sarjana pendidikan TIK ...ahhhhh rugi besar klo gimn ..bangsa dah maju ehhh malah TIK di hapus bisa jd GAPTEK nih anak bangsa...
BalasHapusgk perlu marah ,, kalo negara butuh nantinya juga dicatat lagi,, atau penghapus nya dibuang agar gk jadi dihapus.. hhh
Hapus